- Generasi Pertama (1970-1975)
Nolan Bushnell dan Ted Dabney memutuskan untuk bekerjasama dan membuat sebuah perusahaan bernama Atari pada tahun 1972. Setelah melihat demonstrasi Magnavox Odyssey, Nolan Bushnell meminta karyawan yang baru ia rekrut, Allan Alcorn untuk membuat versi game tenis meja sebagai proyek latihan agar ia merasa familiar dengan desain video game. Versi yang dirancang oleh Allan Alcorn ternyata begitu seru dimainkan, dan akhirnya Atari merilis game ini dengan nama Pong dan dijual sangat terbatas pada tahun 1972. Permainan ini cukup laris di pasaran pada Maret 1973. Kemudian Atari dan Midway merilis banyak game baru dengan genre yang beragam seperti Gran Trak 10 (1974), Tank (1974), Wheels (1975), Gun Fight (1975), dan Sea Wolf (1976). Kemudian Wheels dan Gun Fight dilisensi oleh perusahaan Jepang bernama Taito Trading Company. Karena itu, penetrasi video game merambah ke Jepang. Pasar video game semakin menanjak ketika Taito mengenalkan Space Invaders.
Magnavox Odyssey nggak pernah dikenal dipublik karena teknologi yang sangat jadul. Di pertengahan tahun 1970an, game ball-and-paddle sangat digilai dan akhirnya melanjutkan pengembangan mikrochip yang bisa digabungkan pada produk rumahan. Atari memasuki pasar rumahan pada tahun 1975 dengan sistem chip tunggal bernama Home Pong yang dikembangkan oleh Harold Lee. Perusahaan mainan bernama Coleco menggunakan chip LSI untuk membuat konsol game bernama Tesltar.
- Generasi Kedua (1976-1980)
Setelah kejatuhan pasar konsol terdedikasi pada tahun 1978, sistem video game bergeser pada penyimpanan data game berbasiskan ROM disimpan di sebuah perangkat bernama catridges. Sebuah perushaan semikonduktor bernama Fairchild menghadirkan produknya ke pasaran dengan nama Channel F, namun setelah rugi berjuta-juta pada bisnis jam digital, perusahaan mengambil pendekatan konservatif pada pasar konsol yang dapat diprogram dan menjaga jalannya produksi sistemnya rendah. Alhasil, akhir tahun 1977, Fairchild hanya menjual 250,000 sistem. Kemudian pada tahun yang sama, Atari juga memasarkan produknya dan habis terjual hingga 400,000 unit. Setahun kemudian, dengan Odyssey-nya Magnavox mengikuti pasar tersebut. Di samping itu, perusahaan mainan bernama Mattel merilis sistem bernama Intellivision di tahun 1979.
Terobosan video game sebenarnya adalah setelah Atari meluncurkan salah satu game populer dari Taito, Space Invader untuk VCS. Penjualan Atari pun sangat meleit, angkanya mencapai $119 juta di tahun 1980, kemudian meledak di tahun 1981 yang angka penjualannya mencapai $841 juta. Kemudian, kesuksesan tersebut membuat Atari ingin tetap memproduksi produk lanjutannya. Tahun 1982, Atari meluncurkan game konsol yang lebih canggih yakni sistem 8 bit dengan nama Atari 5200. Namun, sayangnya produk tersebut nggak sesukses pendahulunya.
- Generasi Ketiga (1981-1985)
perusahaan game di Jepang melahirkan konsol gaming bernama Nintendo Entertainment System atau nama lainnya Famicom. Pada generasi ini, konsol-konsol game pada umumnya menggunakan gamepad atau joypad, dan penggunaan controller ini menjadi lebih populer. Kepopuleran penggunaan gamepad atau joypad mengalahkan controller klasik seperti joystick, keypad, dan juga paddle. Konsol generasi ketiga mengangkat genre-genre yang lebih bervariasi ke permukaan. Sebut saja beberapa game RPG seperti The Legend of Zelda, Final Fantasy, Dragon Quest, dan yang lainnya mulai dikenal di masyarakat. Selain itu, ada game lain bergenre stealth buatan Hideo Kojima bernama Metal Gear, dan juga game horror bernama Sweet Home buatan Capcom.
- Generasi Keempat (1986-1990)
Pada tahun 80an Nintendo mengalami kesuksesan berkat Famicom atau Nintendo Entertainment System-nya (NES). Penjualan catridge pun mencapai hingga angkat milyaran Dollar Amerika Serikat. Di samping itu, perkembangan teknologi video game pun semakin meningkat dan di sini lah muncul generasi keempat dengan teknologi 16 bit. Di generasi ini muncul sebuah konsol game bernama TurboGrafx-16 yang mengalami pejualan yang cukup baik di Jepang, namun sangat buruk di Amerika serikat dan Eropa karena jumlah game yang sedikit.
Sega melahirkan sebuah konsol game bernama Sega Mega Drive atau Genesis yang sangat laris di tahun 1988. Karena hal tersebut, Nintendo nggak mau kalah dan merilis sistem barunya bernama Super Nintendo Entertainment System (SNES) di tahun 1990. Teknologi yang digunakan keduanya sangatlah mumpuni untuk menghasilkan visual yang lebih baik.
- Genrasi Kelima (1991-2000)
Di tahun 90an transisi besar-besaran dalam teknologi video game dilakukan terutama pada grafis. Bersamaan dengan itu, di generasi keempat ini, Atari mencoba peruntungannya lagi dengan meluncurkan Atari Jaguar pada tahun 1993. Selain itu, perusahaan lain bernama 3DO merilis konsol gamenya yang bernama 3DO Interactive Multiplayer. Sayanya, sekali lagi Atari gagal memperoleh penjualan yang baik. Begitu juga dengan 3DO, mereka mengalami hal yang sama. Setahun kemudian muncul tiga konsol baru yang dirilis di Jepang, di antaranya Sega Saturn, Sony PlayStation, dan juga PC-FX. Sebagai pemain baru, Sony dengan PlayStation-nya mendapatkan penjualan yang sangat baik. Salah satu penyebab larisnya Sony PlayStation adalah jumlah game yang begitu banyak yang membuat para konsumennya tertarik. Maka dari itu, konsol ini bisa dibilang sebagai salah satu konsol dengan penjualan terbaik sepanjang masa.
Nintendo juga ingin melanjutkan kesuksesan masa lalunya dengan menciptakan sebuah konsol 64-bit bernama Nintendo 64. Salah satu game paling populernya adalah Super Mario 64. Karena teknologi gaming semakin maju, banyak juga genre game baru yang bermunculan. Dahulu mungkin nggak pernah terpikirkan akan ada sebuah game menari dengan nama Dance Dance Revolution. Selain itu, game-game seperti Resident Evil mendapatkan pasarnya karena menawarkan atmosfir menegangkan dan seram yang semakin hidup. Pada generasi ini, banyak developer yang merilis game 3D karena spesifikasi mumpuni yang dimiliki oleh Sony PlayStation dan juga Nintendo 64.
- Generasi Keenam (2001-2005)
Generasi ini dibuka oleh sebuah konsol besutan Sega bernama Sega Dreamcast pada tahun 1998. Konsol ini nggak hanya menampilkan grafis yang jauh lebih baik dibandingkan dengan konsol 32-bit dan 64-bit, namun juga hadir dengan dukungan internet untuk bermain secara online. Sega Dreamcast melahirkan game-game keren nan inovatif seperti seri Shenmue. Shenmue mencoba menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki Dreamcast dengan menyuguhkan dunia luas open-world. Akan tetapi, walaupun mendapatkan kesuksesan, popularitas Sega Dreamcast juga cepat surut. Kemudian Sony PlayStation 2 muncul sebagai pahlawan di generasi konsol keenam ini diikuti dengan Nintendo GameCube dan juga Microsoft Xbox. Pada generasi ini, penggunaan media pun beralih. DVD kini lebih banyak digunakan karena memiliki kapasitas yang lebih besar. Sama seperti sebelumnya, Sony memenangkan pertarungan konsol walaupun kedua pesainya tersebut kuat.
Generasi ini juga melahirkan genre-genre baru seperti Grand Theft Auto 3 (walaupun game ini bukanlah game baru). Jika sebelumnya Grand Theft Auto memiliki kamera yang hanya menyorot dari atas, pada seri ketiga ini, para gamers akan merasakan pengalaman menjadi pelaku kriminal ala GTA dengan sudut pandang thrid person.
- Generasi Ketujuh (2006-2010)
Generasi ketujuh dibuka oleh Nintendo dengan konsol handheld-nya yang bernama Nintendo DS, dan diikuti oleh Sony dengan PlayStation Portable-nya. Kedua pesaing tersebut memiliki nilai jual yang berbeda. Sony tetap menjual segi grafis yang didukung dengan spesifikasi yang powerful, sedangkan Nintendo DS menawarkan gameplay yang lebih interaktif. Di tahun 2005, Microsoft merilis Xbox 360 dan Sony mengikutinya dengan merilis PlayStation 3 setahun setelahnya. Keduanya menawarkan kualitas visual HD dan perlu dukungan TV HD LCD. Di generasi ini juga, lahirlah sebuah teknologi lempengan bernama Blu-ray yang kapasitasnya tentu lebih besar.
Nintendo pun nggak mau ketinggalan. Akan tetapi, ketika kedua rivalnya tersebut bersaing dengan spesifikasi mana yang paling kuat, Nintendo Wii ingin memberikan pengalaman gaming baru. Nintendo Wii memiliki kualitas grafis yang nggak jauh berbeda dengan konsol gaming generasi sebelumnya. Penjualan Wii juga sangat diperhitungkan di waktu itu.
- Generasi Kedelapan (2011-2020)
Nintendo ingin melanjutkan kesuksesan NDS dengan merilis 3DS yang mana hadir dengan teknologi baru yakni autostreoscopic 3D untuk memproduksi sebuah efek 3D di layar. Kemudian Sony merilis console handheld penerusnya yang dinamakan PlayStation Vita. PS Vita mengusung layar OLED 5 inci dan menghadirkan koneksi WiFi. Wii U lahir setahun setelah NDS muncul. Namun, sayangnya penjualannya sangat buruk. Sony kembali melahirkan PlayStation 4 yang hadir dengan teknologi super keren dan juga pemanfaatan resolusi Full HD. Microsoft pun nggak mau kalah dengan mengeluarkan Xbox One. Setelah kegagalan Wii U, Nintendo kembali melahirkan console gaming dengan nama Switch yang jauh lebih menarik.
Potensi Bisnis Game Di Indonesia
Berdasarkan data yang dihimpun Newzoo tahun 2020, Indonesia memperoleh revenue sebesar US$ 1,74 miliar, dan akan mengalami kenaikan hingga 32.7% setiap tahunnya.VP Kincir dan Co-Founder IESPL, Rangga Danu, mengatakan, esports di Indonesia kian popular, maraknya media mainstream yang menayangkan berita atau seputar turnamen esports memberikan indikasi bahwa esports diterima oleh masyarakat Indonesia.
Bertambahnya jumlah pengguna internet dan mobile internet menjadi salah satu faktor mengapa industri esports di Indonesia akan terus tumbuh ke depannya. Selain itu, hardware smartphone yang kian mumpuni dan akses internet yang meluas juga menjadi faktor penunjang lainnya.
Berdasarkan data tahun 2020, 68% revenue global mobile esports berasal dari Asia dan Indonesia menjadi peringkat teratas di Asia Tenggara untuk mobile gamers.
Dukungan dari pemerintah seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga turut andil dalam perkembangan gaming dan esports di tanah air. Seperti misalnya. peran Kemenparekraf dalam mengembangkan komunitas-komunitas industri esports untuk mendorong terbentuknya ekosistem yang ideal.
Namun demikian untuk terus menjaga pertumbuhan game nasional diperlukan peranan multi sektor, mulai dari pemerintah hingga ekosistem penunjang.
Review Jurnal Mengenai Manfaat Game
Judul Jurnal : Pengaruh Game Online Terhadap Perkembangan Emosi dan Sosial
Anak Sekolah Dasar
Penulis : Marsanda Claudia Paremeswara, Triana Lestari
Link : https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/1122/1004/2244
Kesimpulan :
Dengan adanya perkembangan teknologi dapat memudahkan manusia untuk mengakses berbagai macam informasi dan hiburan. Salah satu sarana hiburan yang popular dikalangan anak usia sekolah dasar adalah game online.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan pada kelima anak usia sekolah dasar yang menggunakan game online maka pembahasan penelitiannya adalah sebagai berikut :Dari kelima anak tersebut, empat anak memiliki gadget pribadi yang di fasilitasi oleh orang tuanya dan satu orang anak masih menggunakan gadget milik orang tua, dengan lebih banyak orang tua yang memberikan fasilitas gadget kepada anaknya yang masih dalam usia sekolah dasar membuat anak bebas untuk mengakses apa saja salah satunya yaitu game online.
Dengan adanya Game online dapat menimbulkan pengaruh negatif dan positif.Pengaruh positifnya adalah anak melek terhadap teknologi khususnya gadget anak juga dapat memahami berbagai aplikasi dalam gadget.Pengaruh negatif tersebut diantaranya yaitu pada perkembangan emosi dan perkembangan sosial anak seperti anak mudah emosi, anak lebih agresif dan kurangnya interaksi anak terhadap orang-orang yang ada disekitarnya.
Referensi :
https://sobatgame.com/sejarah-game/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar